Perkembangan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS.

Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemik yang terkonsentrasi, yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu, missal pada kelompok pekerja sexual komersial dan penyalahgunaan NAPZA. Tingkat epidemik ini menunjukkan tingkat perilaku beresiko yang cukup aktif menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu.

Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil dari pada jumlah yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui. Upaya yang dilakukan oleh puskesmas Ciptomulyo dalam rangka pembrantasan penyakit HIV/AIDS tahun 2016 merujuk pada permenkes RI No 21 tahun 2013 tentang penanggulangan HIV.

Sejak Tahun 2016 puskesmas Ciptomulyo gencar melaksanakan mobile VCT pada populasi kunci di wilayah kerja Puskesmas Ciptomulyo yang dilaksanakan diluar gedung dan di luar jam kerja, melakukan sosialisasi HIV kepada masyarakat dan pelajar, screening HIV pada ibu hamil dan pasien TB yang berkunjung ke Puskesmas Ciptomulyo.